Negeri Ciliata
(Eps. Kembalinya Catty ke Negeri Ciliata)
“Kau benar-benar menyukai Postham?” tanya Catty kepada Vanessa dengan intonasi tinggi dan berhasil membuat Vanessa tersedak, yang saat itu sedang makan siang di kantin sekolahnya.
Vanessa segera mengambil tehnya kemudian meminumnya. Belum sempat Vanessa menjawab pertanyaan Catty, Catty sudah bertanya lagi tetap dengan intonasi tinggi. “Postham teman satu kelas kita? Bukankah dia orang yang yang menyebalkan?? Ayolah Vanessa.. Jangan sampai itu terjadi padamu.” Vanessa mengernyitkan kening mendengar pertanyaan dan pernyataan teman satu-satunya itu.
Vanessa menghembuskan nafas kemudian menggelengkan kepala. “Aku tidak menyukai siapapun saat ini, Cat,” jelas Vanessa,” jangan percaya gosip murahan itu,” lanjutnya tegas.
“Syukurlah.. Aku tidak akan pernah rela kau berpacaran dengan Postham yang menyeramkan itu,” ujar Catty lega.
X X X
“Fiuh.. Akhirnya.. Berakhir juga. Aku sangat tidak suka matematika,” ujar Catty sambil menghembuskan nafas lega.
“Tidak ada satupun pelajaran yang kau sukai, Cat..” timpal Vanessa.
“Ternyata kau sangat memperhatikanku,” Catty tertawa diikuti Vanessa.
Poshtam menatap mereka sinis dari balik jendela kelas. Kemudian ia bergegas meninggalkan mereka berdua sebelum tertangkap basah memperhatikan mereka.
“Cepat bereskan buku-bukumu, jangan sampai kita ketinggalan bus lagi seperti lusa. Itu membuat ibuku marah karena aku pulang sangat larut,” ujar Vanessa sambil tersenyum.
“Siap Nyoya Besar..” goda Catty.
X X X
Pagi yang sangat cerah. Negeri Alexandria yang damai tetap seperti biasanya. Banyak kegiatan yang dilakukan masyarakat Alexandria.
“Atnimeatkadabra” Catty mengeluarkan mantra.
Meja makan yang semula dekil, menjadi mewah dengan hidangan bermacam-macam.
Catty memang berasal dari Ciliata, negeri para penyihir. Ia adalah anak dari Raja Lotan. Catty kabur dari Ciliata karena ia tidak nyaman tinggal di sana. Apalagi ia seorang putri yang temannya terbatas. Sudah tujuh tahun ia menetap di Alexandria.
Catty berjalan menyusuri koridor sekolahnya. Ia setengah berlari menuju kelasnya. Ia lupa mengerjakan pekerjaan rumah!
“Pagi semua..” sapa Catty ramah.
“Hai Catty!” seru Vanessa semangat.
“Apakah kau sudah mengerjakan pekerjaan rumah?” tanya Catty.
“Sudah. Pasti kau akan menyalinnya kan?” tebak Vanessa.
“Sejak kapan kau bisa membaca pikiran orang?” canda Catty.
“Bagaimana bisa kau mendapat nilai baik jika kau tak pernah berusaha sedikitpun??” ujar Poshtam yang tiba-tiba sudah ada di depan bangku Catty.
“Apakah kau tak melihat aku sedang berusaha mengerjakan pekerjaan rumah?? Lagipula ini bukan urusanmu!!” ujar Catty ketus.
Poshtam mengangkat tangannya, hendak memukul Catty. Tapi niatan itu segera dihilangkan mengingat Catty adalah putri tunggal Raja Lotan.
“Sudahlah Posh, kau tak perlu sekeras itu. Lagipula itu juga bukan urusanmu,” ujar Vanrssa membela temannya.
Poshtam bergeming. Ia hanya menatap Catty dengan penuh kebencian.
“Aku ini bukan anak kecil! Mengapa kau selau mencampuri urusanku?!!” ujar Catty setengah berteriak. Vanessa yang disampingnya hanya bisa mengelus-elus punggung Catty dengan sesekali mengucapkan kata “sabar” agar temannya sedikit tenang.
Poshtam melangkah maju dan menarik Catty keluar dari kelas. Catty berusaha melepaskan genggaman Poshtam. Tapi ia tak berhasil walaupun menggunakan mantra. Genggaman itu terlalu kuat untuk seukuran manusia.
“Batiotalendakadabra,” Poshtam mengucapkan mantra dengan lirih, agar Catty tidak bisa mendengarnya.
Tiba-tiba Catty dan Poshtam berada di sebuah taman yang sangat luas. Catty tak asing dengan taman ini. Jangan-jangan...
“Selamat datang kembali di tanah kelahiranmu Putri..” ujar Poshtam sambil membungkukkan badan memberi hormat.
Catty bergeming. Ia tak percaya ia kembali ke Ciliata. Apakah ini rencana Ayah??
“Dan perkenalkan, aku adalah Poshtam Aquibad. Guru barumu.” ujar Poshtam memperkenalkan dirinya dengan sopan, “Bersiaplah menghadapi latihan-latihan yang sangta berat, Tuan Putri Catty..” lanjutnya.
Catty tetap diam. Ia benar-benar marah saat ini.
Bersambung....